Laman

Check This

Kamis, 07 Oktober 2021

Review Novel Agatha Christie: Murder on the Orient Express (Pembunuhan di Orient Express)

   

Tampak depan buku Agatha Christie "Murder on the Orient Express".

Haiii guys, kali ini aku mau review karya novelis favoritku, Agatha Christie. Agatha Christie dikenal sebagai ratu cerita misteri dikarenakan kepiawaiannya menulis cerita detektif. Aku membaca karya Agatha Christie untuk pertama kali saat duduk di bangku SMA. Saat itu aku meminjam novel Agatha Christie milik temanku yang berjudul Five Little Pigs. Semenjak itu, aku yang sebelumnya cuma “mengenal” nama Agatha Christie dari manga Detective Conan jadi suka banget sama karya Agatha Christie.

Beberapa karya Agatha Christie aku baca dengan bermodalkan pinjam punya teman, bahkan saat SMA aku pernah membaca novel yang tidak ada sampul plastiknya di salah satu toko buku hahaha jangan ditiru ya guys. Sekarang udah nggak gitu kok, udah sadar hehe. Novel Agatha Christie yang pertama aku beli berjudul “Murder on the Orient Express”. Aku beli novel ini karena teringat salah satu cerita di manga Detective Conan yang berlatar tempat kereta “Bell Tree Express”. Seingatku, cerita dengan latar tempat Bell Tree Express di manga Detective Conan itu terinspirasi dari karya Agatha Christie yang satu ini. Kayaknya aku kebanyakkan intro ya hahaha boleh di-skip intronya, langsung aja baca review novel ini cusss.... 

Aku menyisipkan sinopsis yang tertera di sampul belakang novel ini serta percakapan Poirot dengan korban yang ada pada intro novel ini.

Sinopsis:

Tepat setelah tengah malam, gumpalan salju menghentikan kereta Orient Express. Padahal saat itu kereta mewah tersebut sangat dipadati penumpang. Tetapi, begitu pagi tiba, mereka kekurangan satu penumpang. Dia tewas di dalam kompartemen, dengan belasan luka tusuk, dan pintunya terkunci dari dalam. Sebagai salah satu penumpang, Poirot berlomba dengan waktu untuk menemukan pelaku pembunuhan itu.

Intro:

"Saya mau dibunuh!"

Hercule Poirot menunggu sampai orang itu berkata lebih lanjut. "Saya butuh pertolongan Tuan. Untuk itu saya berani bayar dengan imbalan yang besar."

"Maaf, tapi saya tak bisa."

"Tuan tidak berani," orang asing itu menggeram. "Dua puluh ribu dolar saya rasa cukup."

Poirot bangkit dari kursinya. "Tuan tak mengerti," sahutnya menerangkan. "Kalau Tuan bersedia memaafkan saya secara pribadi, saya tak mau menangani perkara Tuan karena saya tak suka pada wajah Tuan."

Dalam enam jam, orang yang berbicara kepada Poirot itu meninggal. Kali ini Poirot diminta mencari pembunuhnya. Mengapa detektif yang lihai itu justru merasa bahagia karena ia telah menolak perkara yang dapat mencegah sebuah pembunuhan?

*****

Novel ini benar-benar fantastis! Itulah yang aku pikirkan setelah selesai membaca novel ini. Jujur, aku sempat bosan membaca awal cerita, dikarenakan terlalu banyak percakapan yang aku pikir nggak berhubungan dengan kasus pembunuhan ini, tapi ternyata aku salah. Pada awal novel ini, kita disajikan percakapan saat korban meminta Poirot untuk menolongnya, tetapi Poirot menolaknya dengan alasan ia tidak menyukai wajah korban. Alasan Poirot menolak permintaan korban sungguh di luar dugaanku, bahkan cenderung unik. Poirot menolak karena tidak menyukai wajah korban, hmm ada apa ya?

Pernyataan Poirot yang menolak permohonan perkara karena tidak menyukai wajah korban adalah salah satu hal yang membuat aku tertarik untuk lanjut membaca novel ini. Terlebih lagi aku suka banget sama kasus pembunuhan hahaha efek kebanyakkan baca cerita Detective Conan nih. Poirot, dengan dibantu Monsieur Buoc (direktur perusahaan kereta api Orient Express) serta dokter Constantine memulai penyelidikan mereka atas kasus ini dengan memeriksa penumpang gerbong. Saat pemeriksaan pertama, aku sempat geregetan karena aku merasa semua tersangka memiliki alibi yang kuat bahkan didukung keterangan dari tersangka lain. Bisa dibilang aku ikut frustrasi karena kesulitan menebak pelakunya huhu. Meski begitu, aku tetap yakin kalau tersangkanya ada di antara mereka yang diperiksa oleh Poirot. Spekulasi tentang orang luar yang melakukan pembunuhan itu memang terdengar masuk akal, tetapi jika dipikirkan baik-baik hal itu justru mencurigakan. Seluruh tersangka memiliki alibi yang kuat dan kini muncul dugaan bahwa pelaku merupakan orang luar? Biasanya hal-hal seperti ini hanyalah pengecoh agar menyesatkan penyidik. Kayaknya aku terlalu banyak baca manga Detective Conan sehingga gampang curiga kalau tersangka yang ada justru memiliki alibi kuat hahaha.

Saat pemeriksaan tersangka, hal yang membuatku sempat merinding adalah penjelasan dari beberapa tersangka yang mengatakan bahwa saat berada di koridor hendak kembali ke kompartemennya, mereka melihat sesosok perempuan yang mengenakan kimono merah tua melewati mereka, bahkan Poirot pun juga melihatnya. Akan tetapi, saat Poirot dan tim penyidik memeriksa siapakah perempuan yang dimaksud tersebut, anehnya tidak ada yang seperti itu di antara penumpang kereta. Aku yang memang dasarnya takut sama hal-hal gaib jadi agak takut membacanya hahaha. Kenapa aku takut? karena saat membaca bagian itu aku justru membayangkan sosok wanita berkimono merah yang ada di komik Ghost School hahaha. Meskipun sempat dibuat takut karena pikiranku soal hal gaib tersebut, aku tetap lanjut membacanya.

Sebenarnya kalau disimak baik-baik, ada beberapa keterangan dari para tersangka yang terkesan janggal. Kejanggalan-kejanggalan itulah yang buat aku jadi curiga sana-sini terhadap para tersangka yang ada, malah pusing sendiri. Aku tekankan, ketika kalian membaca cerita detektif terutama pada kasus pembunuhan, kejelian soal cerita dan alibi para tersangka sangat diperlukan, setiap kata dan setiap tindakan sekecil apapun itu menjadi penting. Aku sendiri saat membaca “Murder on The Orient Express” benar-benar berusaha masuk ke dalam cerita, sayangnya aku tidak memiliki apa yang Poirot miliki sehingga salah dalam menebak kebenaran di balik kasus ini. Bagi kalian penggemar novel Agatha Christie pasti sudah mengetahui bagaimana cara kerja Poirot dalam memecahkan kasus. Berbeda dengan Holmes, Poirot tidak banyak melakukan aksi seperti mengamati jejak dengan kaca pembesar, menyamar menjadi orang lain, dan aksi lainnya. Dari beberapa buku, aku melihat kalau Poirot lebih mengandalkan sel otaknya serta pemahamannya akan sifat psikologis manusia dalam memecahkan suatu kasus, begitulah yang dilakukan Poirot dalam memecahkan kasus di Orient Express ini. 

Aku beritahu satu hal ke kalian yang belum membacanya yaitu jangan terkecoh! Percayalah, banyak orang yang gagal memecahkan kasus dikarenakan mereka terkecoh oleh hal lain dalam kasus tersebut. Jujur saja, pengecoh dalam kasus ini cukup banyak, bahkan salah satunya sudah aku sebutkan di tulisan ini hehe. Kalau kalian cukup jeli, kalian pasti bisa menebak mana pengecoh yang kumaksud. 

Oiya guys, Murder on The Orient Express ini salah satu cerita yang banyak disukai oleh penggemar Agatha Christie loh. Saat aku selesai membaca novel ini dan mengunggah perasaan kagumku akan jalan ceritanya di story Instagram, ternyata banyak temanku yang membalas story-ku. Mereka pernah membaca novelnya atau menonton filmnya (film Murder on The Orient Express rilis pada tahun 2017), mereka juga mengatakan bahwa jalan ceritanya benar-benar sulit ditebak dan tidak disangka, menarik. Kalau kalian berhasil menebak kebenaran di balik kasus ini sama dengan yang dipecahkan oleh Poirot, kalian luar biasa. Plot Twist-nya keren, menebak siapa pembunuhnya sudah sulit, apalagi menebak identitas asli masing-masing tersangka.

Aku beri dua jempol untuk “Murder on the Orient Express” ini, salah satu karya Agatha Christie favoritku selain “And Then There Were None”. Fyi, kedua karya Agatha Christie tersebut masuk dalam “The World’s Favourite Agatha Christie”, yakni 3 karya yang paling banyak di-vote oleh penggemar Agatha Christie di seluruh dunia sebagai karya favorit. Untuk lebih lengkapnya kalian bisa cek https://www.agathachristie.com/news/2015/worlds-favourite-christie yang membagikan hasil voting penggemar Agatha Christie di seluruh dunia untuk menentukan “The World’s Favourite” tadi. 

Fyi, aku menulis review ini udah dari 3 tahun yang lalu, tapi baru aku selesaikan sekarang karena waktu itu udah nulis tapi file-nya hilang huhu. Saat itu aku masih kurang bijak dalam menyimpan file-file penting, nggak aku backup tau-tau file-nya nggak bisa dibuka, terus malah hilang semua huhuhu maaf curhat. Oiya pembaca sekalian, aku mohon maaf kalau terdapat banyak kekurangan dalam review ini. Kritik dan saran bisa disampaikan di kolom komentar ya, aku sangat menghargai kritik dan saran yang pembaca berikan. Well“Murder on the Orient Express” adalah buku yang pertama kali aku review, aku perlu belajar lebih giat supaya bisa menulis review yang baik. Akhir kata, selamat membaca^^

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar